MENGENAL KOMODO LEBIH DEKAT

Komodo
(Varanus komodoensis)
Satwa Komodo (Varanus komodoensis) termasuk reptilia terbesar di dunia. Satwa ini dapat mencapai panjang badan 3 meter atau lebih dan berat di atas 70 kg. Mangsa utamanya ialah rusa, tetapi ia juga makan babai hutan, kerbau, kuda, kera berekor panjang, anjing, kambing, telur penyu dan telur burung, aneka burung, serta binatang kecil lainnya. Satwa yang muda juga memakan serangga. Ia lebih suka makan bangkai, dan bersifat kanibal (memakan anggota spesiesnya sendiri). Airliur satwa Komodo sangat septik dan binatang biasanya mati dalam waktu seminggu disebabkan oleh keracunan darah setelah digigit. Satwa Komodo menggunakan petunjuk bau untuk menemukan mangsanya, dan biasanya menghadang atau menyerang binatang yang sedang tidur. Jika mereka tidak dapat membunuh mangsanya segera, mereka akan mengikuti mangsa yang digigit dan menunggu sampai ia melemah dan mati. Mereka mampu makan sampai 80% dari bobot badan sekaligus dan makan bila ada kesempatan. Untuk mencerna makanan cukup besar diperlukan waktu sekitar satu minggu.

Perkiraan konservatif tentang angka metabolik menunjuk bahwa binatang muda perlu makan sekitar 55 g sehari, dan binatang dewasa sekitar 610 g per hari (B. Gree, D. King, M. Braysher, A Saim, 1991, Comp.Biochem.Physiol. in Komodo PHVA 1995). Tidak terdapat musim kawin jelas (kopulasi diamati terjadi pada hampir sepanjang tahun), namun mereka tampak menghindari musim hujan. Betinanya bertelur sekitar 15-30 biji (rata-rata 18.7) dalam sarang yang dibuat dari pasir atau daun kering sekali setahun; bagian terbesar telur terdapat pada bulan Agusuts-September. Kadang-kadang, betina bertelur di sarang burung gosong. Masa gestasi sekitar 8 ½ bulan dan sarangnya dijaga hanya selama bulan-bulan pertama saja.

Setelah menetas pada bulan Maret-April, satwa muda mandiri, kendati ukurannya kecil (rata-rata 80.3 g dan panjang 30.4 cm) dan menghabiskan sebagian besar waktunya di pohon untuk menghindari dimangsa oleh komodo yang dewasa, anjing liar dan babi. Strategi ini juga memungkinkan satwa Komodo muda untuk memperoleh makanan seperti telur burung, burung muda, serangga, kadal, dsb. tanpa perlu bersaing dengan satwa dewasa. Satwa Komodo secara khas berlindung di hutan pada waktu malam, atau di gorong-gorong, dan muncul untuk berpanas di matahari (untuk mengatur suhu badannya) di padang rumput pada siang hari. Sering ditemukan di dataran rendah, seringkali dekat pantai, tetapi juga menempati elevasi yang lebih tinggi.
Populasi di Pulau Komodo diperkirakan sekitar 1.061 ekor pada tahun 1998, menurun dari 1.722 pada tahun 1997 (Tabel 2.1). Data tambahan diperlukan untuk verifikasi bahwa fluktuasi besar dalam ukuran populasi bukan karena perbedaan/ketelitian metoda yang digunakan. Penurunan tampaknya disebabkan oleh angka kematian tinggi pada satwa muda dan remaja. Di Pulau Rinca, seluruh populasi diperkirakan berjumlah 1.344. Auffenberg pada tahun 1970 memperkirakan ukuran populasi di Pulau Komodo adalah 2.348 dan 792 di Pulau Rinca, dengan sekitar 5.713 ekor di seluruh kawasan penyebarannya (termasuk Flores). (Auffenberg, 1981 dalam Komodo Dragon PHVA, 1995). Karena metodologinya berbeda, tidak dapat diadakan pembandingan langsung antara kedua perangkat data.

Pada saat itu (1970) rasio kelamin jantan dewasa: betina dewasa ialah sekitar 3,4:1 Sangat sulit untuk membedakan jantan dan betina, pada beberapa jantan sisik prekloakalnya tersusun membentuk roset kasar. Pola ini tidak terlihat pada betina. Metoda yang lebih terpercaya untuk menentukan kelamin binatang ini didasarkan pada tanda genetik. Data yang belum lama ini diperoleh Claudio Ciofi menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan genetik penting antara populasi spesies ini di Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Rinca 22 berafiliasi erat dengan Flores dan Gili Motang. Surveii-survei terakhir yang dilakukan oleh Claudio Ciofi, Jaga Wana dan seorang mahasiswa dari Universitas Udayana di Padar tidak menemukan bukti spesies ini, dan tampaknya mereka mengalami kepunahan lokal di tempat ini . sumber: website manggarai barat